Marla selalu berusaha tampil modis, walaupun tidak selalu berhasil. Ia juga terkenal suka melamun. Suatu ketika wali kelas nya menegurnya karena ia sibuk melamun.
Bu Tantri : "Marla, kenapa melamun saja ?"
Marla : "Aku cuma keasyikan aja kok, Bu."
Bu Tantri : "Asyik apa, Marla ?"
Marla : "Bu, setiap hari aku membayangkan aku sekolah desain di liar negeri. Mungkin London atau Paris. Lalu aku magang di sekolah mode ternama kelas dunia. Mungkin Prada, Gucci, Armani, Fendi, atau Vercase, Chanel, Dolce & Gabanna, Dior..."
Bu Tantri : "Marla.. jangan meracau."
Marla : "Ehm..Bu, rancanganku akan diperagakan model-model kelas dunia. Brand Marla's dijual di mal-mal top New York, Paris, Tokyo, London.."
Bu Tantri : "Marla !"
Marla : "I-iya, Bu ?"
Bu Tantri : "Melamun harus ada batasnya. Ayahmu hanya pegawai negeri kelas II dan ibumu penjahit. Kau harus menghentikan lamunanmu atau kelakuanmu."
Marla tetap saja sering melamun. Akhir tahun pelajaran semua nilainya baik. Lulus SMP ia melanjutkan sekolah kejuruan bagian busana. Dengan upaya keras ia mendapatkan beasiswa melalui internet ke Singapura, hingga ia diutus belajar di Paris. Dua puluh tahun kemudian, seorang wanita cantik dan fashionable menyambut kedetangan serombongan murid SMP dan seorang pembimbing. Di pintu dan etalase tercetak dengan huruf besar : Marla's
Bu Tantri : "Anak-anak, dua puluh tahun yang lalu, Ibu menegur Marla karena berani bermimpi yang tak mungkin. Syukur, ia tidak menaati teguran ibu."
Bu Tantri menoleh kepada Marla dan melanjutkan kalimatnya
Bu Tantri : "Marla, entah berapa mimpi murid yang telah ibu rampas. Kini biarlah murid-murid ini belajar berani bermimpi seperti kamu. Maafkan Ibu, Marla."
Beranilah bermimpi, dan jaga baik-baik, jangan sampai ada yang merampasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar